Senin, 23 Agustus 2010

Kecepatan Akses Internet

A. Pengertian Akses Kecepatan Internet
Kecepatan akses internet sama dengan kecepatan akses transfer data. Dalam bidang telekomunikasi dan komputer, kecepatan transfer data adalah jumlah data dalam bit yang melewati satu media tertentu dalam satu detik. Umumnya ditulis dalam bit perdetik ( bit per scond) dan disimbolkan dengan bit/s atau bps.
Tabel Kecepatan Transfer Data
Kecepatan
Simbol
Keterangan
Aplikasi
1.000 bit/s

1 kbit/s atau 1 kbps


1 kilobit atau seribu bit per detik

Rata-rata kecepatn internet dial-up di Indonesia saat ini adalah 56 kbps

1.000.000 bit/s
1 Mbit/s atau 1 Mbps


1 Megabit atau sejuta bit per detik
Kecepatan transfer data melalui komunikasi tanpa kabel (wireless) pada 2,4 GHz adalah 2 Mbps sedangkan kecepatan sebuah switch standar adalah 100 Mbps
1.000.000.000 bit/s
1 Gbit/s atau 1 Gbps
1 gigabit atau satu milyar bit per detik
Kecepatan sebuah switch dengan teknologi Gigabit adalah 1 Gbps
Apabila kita mempelajari kecepatan transfer data maka kita tidak akan lepas dari istilah-istilah download, upload, downstream, upstream dan usage. Mari kita bahas arti dari istilah-istilah tersebut:
1. Download adalah kegiatan menyalin data/file/aplikasi dari sebuah komputer yang terhubung dalam sebuah jaringan ke komputer lokal. Untuk melakukan kegiatan download pengguna komputer harus melakukan permintaan terhadap data/file/aplikasi tersebut pada suatu halaman web.
2. Upload adalah kebalikan dari proses download. Jadi upload dapat diartikan sebagai kegiatan menyalin data/file/aplikasi dari komputer lokal ke internet (server).
3. Downstream adalah kecepatan aliran data ketika pelanggan sedang melakukan download dengan kecepatan maksimum sampai dengan 284/512 Kbps.
4. Upstream adalah kecepatan aliran data ketika pelanggan sedang melakukan upload dengan kecepatan maksimum sampai dengan 64 Kbps.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Akses Internet
Saat kita mengakses internet kadang terasa cepat dan kadang terasa lambat. Banyak factor yang mempengaruhi kecepatan akses internet tersebut. Koneksi internet menggunakan banyak perangkat dari penyedia layanan yang berbeda. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan akses internet adalah:
1. Unit Komputer
Komputer sangat berperan dalam kecepatan akses internet karena di dalam komputer ada harddisk, RAM, dan Processor yang berperan penting pada proses kerja komputer tersebut. Bila hardisk yang dipakai berkecepatan rendah maka kecepatan akses internet pun juga rendah, begitu juga bila menggunakan RAM atau Processor yang kecepatannya rendah, ini sangat mempengaruhi kecepatan akses internet.
2. Modem
Modem juga sangat mempengaruhi kecepatan akses internet. Modem mempunyai kecepatan yang berbeda-beda. Modem yang sering digunakan adalah modem yang berkecepatan 56 kbps.
3. Jaringan Komunikasi yang digunakan untuk Akses Internet.
Untuk mengakses internet kita bisa menggnakan layanan line telephone, CDMA, GPRS, dan satelit. Masing-masing layanan tersebut mempunyai kecepatan yang berbeda-beda. Kecepatan yang paling rendah adalah menggunakan line telephone.
4. Besar Bandwidth
Bandwidth adalah luas atau lebar cakupan frekuensi yang digunakan oleh sinyal dalam medium transmisi. Bandwidth biasanya diukur dengan satuan Hertz. Semakin besar bandwidth yang disediakan oleh ISP, maka semakin cepat pula akses internetnya.
5. Jumlah pengguna yang mengakses server secara bersamaan
Kecepatan akses internet pada jam-jam tertentu biasanya sangat lambat, ini dikarenakan banyaknya pengguna internet yang mengakses internet secara bersamaan. Pada jam 08.00 – 15.00 WIB biasanya jaringan internet sedang sibuk-sibuknya. Untuk itu bila tidak mendesak lebih baik mengakses internet diluar jam tersebut.

C. Cara Mengukur Kecepatan Akses Internet
Hal-hal yang perlu diperhatikan agar pengukuran akses internet kita akurat adalah:
1. Jika komputer anda berada dalam suatu jaringan dan semua komputer terhubung dengan internet, lebih baik pastikan komputer yang lain tidak sedang melakukan download atau upload dan lebih baik lagi dimatikan komputer selain server
2. Sebaiknya anda melakukan koneksi internet pada PC router atau server saja jika tidak memungkinkan mematikan komputer yang lain. Anda hanya tinggal menonaktifkan jaringan lokal.
3. Pastikan komputer anda bersih dari gangguan semua virus, apam atau spyware.
Setelah hal-hal di atas sudah anda kerjakan, maka sekarang waktunya untuk melakukan pengukuran kecepatan akses internet. Caranya adalah silahkan buka web CJY-Net. Dengan menggunakan web ini Anda dapat mengukur kecepatan koneksi menggunakan web browser, baik untuk akses via modem, leased line (Astinet), ADSL, cable modem, dan lain-lain. Pengukuran dengan CJY_Net relatif lebih akurat karena menggunakan jaringan internal. Jika Anda menggunakan modem 56 kbps, dan saluran telepon Anda cukup bagus, maka kecepatan koneksi >40 kbps. Jika kecepatannya jauh di bawah nilai tersebut mungkin driver modem yang anda pakai tidak cocok. Jika terjadi kesalahan silahkan lakukan Refresh.

Jumat, 20 Agustus 2010

Teknologi Sekarang ikan air tawar dan air laut bisa dalam satu aquarium

'Wah ini kabar baik, pasti banyak orang yang suka,' kata Prof Dr Gumilar Rusliwa Soemantri, rektor Universitas Indonesia. Sebagai pencinta koi Gumilar mafhum ikan hias tawar dan laut berbeda habitat. Jika bisa hidup berdampingan jelas luar biasa. Bima Saksono, eksportir ikan hias di Cimanggis, Depok, Jawa Barat, pun tak pernah mendengar keduanya bisa hidup bersama di satu akuarium.

Keajaiban' itu dihadirkan di Aquarama 2009 oleh produsen pakan dan aksesori akuarium GEX Corporation asal Osaka, Jepang. Di stannya, GEX memajang kotak kaca berukuran 100 cm x 80 cm x 60 cm yang dihuni aneka ikan hias laut dan tawar.


Segerombol ikan badut dan seekor kuda laut Hippocampus sp berseliweran di antara tiga ryukin dan seekor ranchu yang asyik berenang ria di antara koral artifisial bercorak merah dan tanaman air. Sementara ikan hias tawar lain: gurami hias, platy, dan beberapa ekor guppy hilir mudik di dinding belakang akuarium.


Pemandangan kontras seperti ini tak pelak membuat puluhan pengunjung dan peserta pameran Aquarama 2009 dari berbagai negara silih berganti melongok isi akuarium itu. Singkat kata tak ada ucapan lain yang keluar dari mulut mereka selain kalimat 'luar biasa'. Menurut Mulyadi, ahli kawin suntik ikan hias di Bandung, Jawa Barat, yang ditampilkan stan GEX itu memang anomali. Wajar stan itu menjadi bintang di Aquarama 2009.


Terobosan ini selangkah lebih maju dibandingkan inovasi serupa pada Aquarama 2007. Ketika itu stan H2O Aquarium dari Singapura juga menampilkan ikan hias laut dan tawar di satu akuarium. Namun, sesungguhnya mereka tetap hidup di dua akuarium berbeda. Pada akuarium laut berukuran 3 m x 1 m itu dibenamkan 3 buah akuarium air tawar. Sepintas ikan laut dan tawar seperti berenang bersama saat dilihat dari bagian depan akuarium.



Dokumen 1971
Menurut Yuichiro Miyauchi, staf GEX, kunci teknologi penggabungan dua jenis ikan hias berbeda habitat itu adalah marine treatment yang dikembangkan oleh Yamamoto Toshimasa, dosen dari Okayama University of Science Specialized Training College. Produk itu berupa bubuk putih yang bisa meningkatkan kadar elektrolit pada air tawar. Elektrolit merupakan zat yang mudah terurai dalam bentuk ion-ion. Salah satu ikatan elektrolit yang terkenal adalah NaCl alias garam.

Miyauchi tak bersedia mengungkapkan duduk perkara bagaimana senyawa dalam bubuk tadi bekerja. Namun, saat Trubus mencoba mencicipi sedikit air akuarium yang diberi oksigen terlarut melalui aerator, terasa agak asin alias payau. Data lain yang bisa terungkap adalah pengaruh pemberian marine treatment yang tertuang di selembar kertas dan ditempel di sisi akuarium. Di sana tertulis: bubuk putih, 2 unsur mineral dalam satu boks, pH 7,2 - 7,6, salinitas 7 - 9 ppm, suhu 25?C, dan tidak beracun.


Yang tampak kasat mata, akuarium itu memakai chiller - pendingin--yang suhunya disetel 25?C dan filter biologis. Tak tampak protein skimmer, pengurai amoniak pada kondisi air asin. Sebab itu Takehito Morimoto, staf lain, menyebutkan air perlu diganti setiap 2 minggu. Kesan misterius itu belakangan menjadi gunjingan ramai di berbagai blog pengunjung pasca - Aquarama 2009. Contoh Benny Ng asal Singapura. Di blognya Benny memajang foto akuarium itu dan menyisip komentar, 'Bagaimana caranya?'.


Penelusuran Trubus menemukan fakta mengejutkan. Penyatuan ikan hias laut dan tawar dalam satu akuarium bukan hal baru. Setidaknya itu tampak dari berkas dokumen hak paten yang dikeluarkan pemerintah Amerika Serikat dengan nomor paten 3683855 pada 1971 atas nama Tronic Product Inc asal negara bagian New Jersey. Di sana diuraikan langkah-langkah pembuatan larutan yang mampu membuat ikan berbeda habitat itu nyaman hidup bersama.


Larutan itu adalah senyawa organik yang terdiri dari bahan etilen glikol dan propilen glikol. Etilen glikol dikenal sebagai cairan tak berwarna, tak berbau, dan berasa manis serta larut dalam air. Senyawa itu merupakan bahan baku utama industri tekstil, cat, kanvas rem, sampai bahan antibeku. Propilen adalah hasil samping dari pembuatan sabun dan lilin. Ia muncul sebagai reaksi dengan asam lemak dan minyak.


Larutan itu yang dicampurkan dengan campuran air laut dan tawar pada salinitas 12 - 14 ppm. Untuk mendapatkan derajat keasaman sekitar 7,2 - 7,6 seperti terjadi pada akuarium GEX, larutan diberi tambahan 0,75 - 1,5 g garam silikat metal. Silikat metal terdiri atas unsur sodium dan kalium.


Selanjutnya apa yang terjadi di tubuh ikan? Sejatinya cairan dalam tubuh ikan tawar dan laut memiliki salinitas hampir sama meski konsentrasi garam di habitat masing-masing berbeda. Salinitas cairan dalam tubuh ikan laut sekitar 2/5 ppm dari salinitas laut sebesar 33 ppm; ikan tawar 1/5. Agar keseimbangan tekanan terjaga, mekanisme osmosis bekerja di tubuh ikan. Intinya ikan akan mengatur keluar-masuk air di tubuh. Dengan alasan itu pula larutan yang disebut di atas memiliki konsentrasi garam sesuai kisaran salinitas cairan tubuh kedua ikan berbeda habitat, antara 1/5 - 2/5 ppm.



Adaptasi

Menurut Prof Dr Suharsono ikan tawar dan laut dapat dipelihara pada satu tempat. 'Pada ikan laut ini bisa dilakukan pada ikanikan estuarin,' kata kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI di Ancol, Jakarta Utara. Estuarin merujuk pada ikan-ikan yang hidup di muara sungai. Di sana salinitas lebih kecil sekitar 12 ppm. Di laut salinitas mencapai 33 ppm.

Sebab itu ikan muara seperti bandeng Chanos chanos, ketang-ketang Ogcocephalus radiatus, atau salmon tak sulit hidup meski mereka harus berada di lingkungan dengan salinitas berbeda. 'Sistem osmoregulasi mereka sudah berkembang baik. Jadi kalau disatukan dalam kondisi payau bersama ikan tawar, ikan estuarin lebih tahan, bahkan tanpa proses aklimatisasi,' kata doktor bidang ekologi koral dari Departemen Biologi Universitas Newcastle Upon Tyne di Inggris itu.


Namun, pada kasus clown fish dan kuda laut yang dipelihara bersama-sama ikan hias tawar seperti disaksikan di stan GEX kondisinya agak berbeda. Berbeda karena ikan badut dan kuda laut itu murni hidup di laut, sekitar terumbu karang. Tanpa proses adaptasi sulit rasanya bagi kedua ikan itu hidup di kondisi payau. 'Perubahan salinitas sampai di bawah 26 ppm dapat membuat ikan laut sejati mati,' kata Suharsono. Satu-satunya cara menggunakan ikan laut sejati hasil budidaya. Mereka lebih adaptif karena telah dikondisikan pada salinitas lebih rendah.


Hal senada disampaikan oleh Dra Kadek Ari yang berhasil membiakkan clown fish dan kuda laut di luar habitat asli pada 2008. 'Yang bisa hidup pasti ikan hias laut hasil budidaya,' kata peneliti Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung itu. Foto di stan GEX yang dikirim padanya mengungkapkan hal ini. 'Dari warna tubuh clown fish, jelas ini hasil budidaya. Warna ikan lebih muda. Ciri lain ikan terlihat akur bergerombol. Di alam tidak seperti itu,' katanya.


Malah Kadek seperti mengenali ikan badut di akuarium GEX itu. Maklum setelah sukses menangkarkan, Kadek sering mengirimkan ikan badut dan kuda laut ke Jepang. Boleh jadi itu alasan mengapa hanya ikan hias laut clown fish dan kuda laut yang ditampilkan di akuarium GEX. Kedua ikan hias laut itu sudah berhasil dibudidayakan.


Pada ikan hias tawar tak perlu memakai hasil penangkaran. 'Ikan tawar sebetulnya malah nyaman berada di kondisi payau karena salinitas tubuhnya mendekati salinitas lingkungan,' ujar Melta Rini Fahmi SPi, MSi, peneliti Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar di Depok, Jawa Barat. Artinya ikan hias tawar hanya cukup diaklimatisasi agar bisa hidup di kondisi sedikit payau.



Peluang

Kehadiran teknologi penggabungan ikan hias laut dan tawar itu cukup diminati hobiis. Grigorius Tam dari Yunani, misalnya, berharap dapat membeli produk marine treatment sesudah resmi dilepas di pasaran oleh GEX pada Agustus 2009. Grigorius ingin mencoba sekadar bersenang-senang. 'Saya punya sebuah akuarium laut di rumah,' kata pemilik toko perlengkapan ikan hias di Akrapolis itu.

Menurut Jemmy Gunawan di sentra ikan hias Jalan Kartini, Jakarta, teknologi ini memang berpeluang besar disukai hobis. Pemilik gerai KDC itu merujuk saat ia bereksperimen menggabungkan ikan hias laut seperti balong, kepe-kepe, dan giro pasir, bersama tiga maskoki tossa di akuarium berukuran 60 cm x 30 cm x 20 cm pada 2007. Ini untuk pajangan di tokonya. Hasilnya? Gerai milik Jemmy dibanjiri pengunjung. 'Mereka senang melihatnya, tapi begitu tahu harga filter yang dipakai sampai Rp80-juta, mereka mundur,' katanya.


Syarat harga terjangkau diungkapkan oleh Gumilar. 'Hasil teknologi baru itu akan cepat diterima hobiis bila murah dan ramah lingkungan,' ujar Gumilar. Pun Cecep Hidayat dari Firda Aquarium di sentra ikan hias Jalan Sumenep, Jakarta Pusat, 'Kalau harganya murah pasti diminta,' ujarnya. Toh, inovasi yang ditampilkan oleh stan GEX membuka wawasan bahwa tak ada yang tak mungkin dicoba. Melihat maskoki dan ikan badut berenang bersama di satu akuarium sangat menyenangkan.

Kamis, 12 Agustus 2010

Beberapa program pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi khususnya Infrasruktur

1 Jaringan Internet (2000)

Sebelum tahun 1999 sebenarnya secara parsial Departemen Pendidikan Nasional telah banyak melaksanakan kegiatan-kegiatan maupun menjalankan program yang berhubungan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), utamanya untuk sarana komunikasi antar institusi dan otomatisasi pendataan. Beberapa diantaranya adalah pembuatan mailing list untuk komunikasi langsung antara pusat dengan daerah, menggalakkan pembuatan web site bagi sekolah untuk penyebaran informasi bagi sekolah tersebut serta penyusunan berbagai program pendataan berbasis TIK.

Namun, untuk pengembangan infrastruktur secara nasional dan dalam jumlah besar dilaksanakan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur) pada tahun 2000 dalam sebuah program yang disebut dengan Jaringan Internet atau Jarnet.

Latar belakang program ini adalah untuk mendukung pemercepatan internetisasi sekolah-sekolah di Indonesia khususnya pada Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK. Hal ini karena SMK mulai diwajibkan untuk memiliki alamat email dan juga diminta untuk memiliki web site untuk sarana promosi sekolah masing-masing. Hal ini ditandai dengan perkembangan mailing list Dikmenjur yang pada awalnya hanya memiliki 2 orang anggota dan saat ini telah memiliki 5700 anggota dengan rata-rata komunikasi sebesar 600 email per-bulan.

Tujuan dari program ini adalah:

  1. Mempercepat pelaksanaan Internetisasi di SMK Negeri dan Swasta.
  2. Meningkatkan komunitas antar SMK.
  3. Mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang dimiliki.
  4. Menyediakan sarana mendapatkan informasi terkini dan media pembelajaran bagi warga sekolah dan masyarakat umum.
  5. Menyediakan media promosi sekolah dalam rangka peningkatan minat/animo masyarakat terhadap SMK.
  6. Menjadikan jarnet bagian dari unit produksi agar mengembangkan warnet di sekolah.

Dengan demikian bantuan Jarnet di sekolah selain untuk memperkenalkan pemanfaatan teknologi informasi kepada segenap warga sekolah, juga untuk memberi dorongan agar sekolah dapat meningkatkan kinerjanya dengan mendayagunakan komputer yang ada, serta memperkenalkan Internet sebagai sarana mencari informasi dan sarana komunikasi yang efektif dan efisien.

Bantuan Jarnet ini dimaksudkan agar digunakan untuk pengadaan peralatan dan pelatihan pemasangan jaringan lokal (LAN) di sekolah.

Program pengembangan Jaringan Internet diperuntukkan bagi semua SMK Negeri/ Swasta di Kabupaten/Kota. Sampai dengan tahun 2003 terdapat 744 SMK yang sudah memiliki jaringan Internet melalui program Jarnet ini.

2.2 Jaringan Informasi Sekolah (2001 – 2002)

Senyampang dengan mulai menjamurnya kebutuhan terhadap internet yang diakibatkan oleh program Jarnet, maka kebutuhan infrastruktur dan sarana komunikasi juga semakin meningkat. Khusus mengenai infrastruktur, sebagian besar sekolah yang ada di kabupaten dan kota hanya memiliki komputer yang memiliki spesifikasi yang amat rendah. Bahkan banyak yang tidak memiliki harddisk.

Namun, karena minat yang amat tinggi, mereka juga berkeinginan untuk memiliki jaringan yang terhubung dengan internet.

Pada tahun 2001, pengembangan program cloning sedang marak dimana-mana, yaitu memanfaatkan 1 komputer yang memiliki kapasitas besar dan dibagi ke komputer-komputer lainnya melalui sistem jaringan. Sehingga sekolah tidak perlu membeli banyak komputer lagi, namun cukup membeli 1 komputer yang berkapasitas besar. Namun, pengetahuan ini masih amat terbatas, karena dibeberapa tempat menjadi sebuah lahan bisnis yang menggiurkan dan ditawarkan dengan harga yang cukup tinggi.

Oleh Depdiknas, program ini kemudian dipelajari dan disebarluaskan ke seluruh propinsi agar dapat diterapkan di sekolah-sekolah.

Disisi lain, perkembangan TIK yang cukup pesat membutuhkan SDM yang handal, juga membutuhkan sarana komunikasi dan diskusi bagi penggiat TIK di satu daerah, agar para guru yang memiliki hobi yang sama dapat berkumpul secara teratur setiap bulan untuk saling berbagi informasi dan pengetahuan di dalam bidang TIK. Untuk berkumpul ini juga dibutuhkan sebuah lokasi yang representatif, yang memiliki sarana dan prasarana dalam bidang TIK serta dapat dijadikan sebuah sekretariat.

Dengan dasar inilah, Depdiknas pusat mencoba untuk memacu hal tersebut dengan “memberikan kail” berupa bantuan untuk pelatihan awal dan merangsang pembentukan sekretariat TIK di masing-masing kabupaten/kota.

Program inilah yang disebut dengan Jaringan Informasi Sekolah atau disingkat JIS.

Mengapa disebut dengan Jaringan Informasi Sekolah ? Karena diharapkan fungsi utama dari prgoram ini adalah untuk menjaring seluruh sekolah di dalam satu wilayah agar saling berbagi informasi, khususnya dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Peserta JIS ini tidak terbatas kepada SMK saja, namun diikuti oleh seluruh SLTA di daerah tersebut, SLTP dan beberapa SD. Syarat utama untuk ikut di dalam JIS adalah memiliki minat terhadap TIK

Hasil yang diharapkan dari program ini adalah:

  1. Terbentuknya Jaringan Informasi Sekolah di Kabupaten/Kota
  2. Terbentuknya Jaringan Lokal (Local Area Network) di masing-masing sekolah yang menjadi peserta pelatihan
  3. Tersosialisasikannya informasi mengenai program cloning PC, sehingga bagi sekolah yang memiliki komputer dengan spesifikasi rendah, tetap dapat dimanfaatkan untuk aplikasi perkantoran atau untuk internet

Hingga tahun 2003, telah terbentuk 154 JIS di seluruh Indonesia. Ini merupakan embrio pengembangan SDM untuk program TIK yang sejak program ini digulirkan menjadi lebih cepat lagi pengembangannya

2.3 Wide Area Notwork (WAN) Kota (2002-2003)

Perkembangan kebutuhan akan TIK sejak bergulirnya program Jarnet dan JIS semakin besar, utamanya kebutuhan terhadap koneksi internet yang digunakan untuk mempercepat proses pengiriman data dan informasi dari daerah ke pusat serta untuk proses pembelajaran.

Namun disisi lain, harga internet di Indonesia yang masih amat mahal menjadi pemikiran utama dari sekolah-sekolah tersebut. Untuk bisa membiayai operasional sehari-hari saja masih amat sulit, apalagi harus menyisihkan dana setiap bulan untuk biaya internet.

(Gambar 1. Sistem Jaringan WAN Kota)

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dikembangkanlah program WAN Kota, yang mencoba menghubungkan jaringan lokal di semua sekolah yang berada pada satu wilayah dan kemudian memasang koeksi internet pada salah satu simpul di daerah tersebut. Hal ini akan mengakibatkan biaya internet yang seharusnya hanya diatnggung oleh satu sekolah menjadi tanggungan bersama. Ini akan meringankan dan memudahkan sekolah-sekolah tersebut untuk turut serta menikmati koneksi internet.

Secara umum, fungsi dan manfaat program WAN Kota adalah:

  1. wahana berbagi (sharing) sumber daya data, informasi, dan program pendidikan;
  2. media komunikasi berbasis web atau multimedia antar lembaga pendidikan yang dibangun, dikelola, dan dikembangkan secar mandiri, kolektif, dan sistematis oleh semua lembaga pendidikan yang terlibat di dalam jejaring tersebut;
  3. infrastruktur pemelajaran jarak jauh (e-learning) dan pelayanan pemerintahan (e-government);
  4. sumber informasi dan komunikasi antar sekolah (SLTP, SMU dan SMK);
  5. pusat penyimpanan (server) modul pembelajaran;
  6. pusat pelatihan teknologi informasi dan komunikasi bagi masyarakat sekitarnya;
  7. digital library (perpustakaan berbasis komputer) yang dapat diakses semua sekolah di Kabupaten/Kota.

Secara umum, teknologi yang digunakan untuk program WAN Kota ini adalah teknologi Wireless IEEE 801.11 a/b/g yang memanfaatkan frekwensi 2,4 Ghz. Dengan penggunakan frekwensi yang free inilah, maka setiap sekolah hanya bermodalkan satu set antena Grid Parabolic ataupun menggunakan antena kaleng dan wajanbolic yang dirakit sendiri sudah dapat menikmati koneksi internet yag murah.

Dengan program ini, maka bermunculan juga sentra-sentra perakitan perangkat 2,4 Ghz di beberapa tempat, sehingga menggerakkan indutri kecil di daerah tersebut. Juga di beberapa lokasi, program ini disandingkan dengan RT/RW Net, sehingga pengguna internet tidak terbatas pada sekolah saja, melainkan juga masyarakat umum.

Hingga tahun 2003, telah terbentuk 31 WAN Kota di Indonesia.

2.4 ICT Center (2004 – 2006)

Program WAN Kota yang telah dikembangkan pada tahun 2002 hingga tahun 2003 akhirnya dirasakan hanya menitikberatkan kepada aspek perangkat keras dan jaringan saja, sedangkan pengembangan TIK tidak hanya terdiri atas kedua aspek tersebut. Pengembangan SDM juga hanya berputar kepada institusi yang menjadi lokasi WAN Kota, sehingga mulai dipikirkan untuk memperluas fungsi dan tugas dari WAN Kota menjadi sebuah institusi lain yang mampu menjadi pusat TIK di daerah dan bermanfaat secara luas bagi masyarakat di sekitarnya.

Berdasarkan pemikiran inilah, lahir sebuah program dan institusi dengan nama Information and Communication Technology (ICT) Center yang berfungsi sebagai Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Kabupaten/Kota.

Untuk mempersenjatai fungsi tersebut, maka ICT Center dibentuk dengan infrastruktur yang melebihi WAN Kota, karena fungsu utamanya bukan hanya sekedar menghubungkan LAN di da satu wilayah saja, melainkan meluas kepada fungsi Capacity Bulding.

Perangkat yang diberikan kepada masing-masing ICT Center adalah satu set tower dan perangkat server 2,4 Ghz untuk membagi koneksi internet yang dimiliki, satu atau dua paket laboratorium komputer, dan perangkat pendukung jaringan lainnya, seperti VoIP Phone, Router, Switch dan lain-lain. Khusus ICT Center tahun 2005 malah diberikan bantuan koneksi selama 6 bulan melalui VSAT dengan bandwidth 128 Kbps 1:1 dengan ISP Indosat M2.

Berbagai program pelatihan telah dilaksanakan oleh seluruh ICT Center ini, dan sebagian berkolaborasi dengan pemerintah daerah maupun institusi lainnya. Di beberapa tempat, ICT Center malah sudah menjadi sebuah kebutuhan daerah, sehingga pemanfaatan perangkat yang dimiliki tidak hanya dari sekolah itu sendiri namun sudah amat meluas hingga ke masyarakat umum.

Hingga tahun 2008 ini, total ICT Center di seluruh Indonesia adalah 430 Unit

2.5 Inherent (2006 – 2007)

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi juga turut menggeliat di dalam pengembangan TIK dan tidak kalah dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Sebenarnya, sejak tahun 90-an, sudah banyak perguruan tinggi yang secara parsial maupun kelompok kecil telah mengembangkan infrastruktur TIK di kampus masing-masing. Yang amat terkenal adalah ITB dengan berbagai risetnya untuk bidang internet dan jaringan lokal.

Secara nasional, infrastruktur yang dibangun untuk menghubungkan seluruh perguruan tinggi dibangun pada tahun 2006, dalam bentuk program Indonesian Higher Education Network atau Inherent.

Program INHERENT menghubungkan 32 perguruan tinggi sebagai backbone utama dimana perguruan tinggi lainnya dapat terhubung ke PT backbone tersebut apabila hendak terhubung dalam satu sistem jaringan.

(Gambar 2. Sistem Jaringan INHERENT)

Karena tujuan utama dari sistem ini adalah untuk riset dan pengembangan, maka jalur data yang disiapkan cukup besar, bahkan mencapai 155 Mbps dengan link yang terkecil mencapai 2 Mbps.

2.6 Jejaring Pendidikan Nasional (2006 – sekarang)

Program ICT Center dan WAN Kota yang dibangun hingga tahun 2006 telah berhasil membangun jaringan lokal di dalam masing-masing kabupaten kota, serta telah membentuk komunitas di dalam bidang TIK.

Selanjutnya, untuk menggabungkan seluruh ICT Center, WAN Kota dan Institusi pendidikan lainnya di seluruh Indonesia, pada tahun 2006 dikembangkan program Jejaring Pendidikan Nasional atau Jardiknas.

Untuk memudahkan pengelolaan, Jardiknas dibagi atas 4 zona, yaitu Zona Kantor Dinas dan Institusi, Zona Perguruan Tinggi, Zona Sekolah, dan Zona Personal (Guru dan Siswa)

(Gambar 3. Sistem Jaringan Jardiknas)

Seluruh lokasi terhubung dengan teknologi MPLS dan dikelola oleh 3 NOC, dimana seluruh NOC dihubungkan dengan link internasional dan IIX sebesar 200 Mbps.

Hingga akhir tahun 2007, telah terhubung 1.014 titik institusi dan 11.825 sekolah dengan Jardiknas.

2.7 SEA EduNet ( 2008 )

Rencana pengembangan ke depan adalah mengintegrasikan jejaring yang telah dibentuk di Indonesia dengan negara-negara tetangga, agar dapat dilaksanakan sharing knowledge dengan lebih intensif. Hal ini bertujuan agar seluruh institusi kita memiliki wawasan yang lebih mengglobal.

Salah satu teknologi yang saat ini sedang dijajaki oleh Depdiknas, utamanya oleh institusi Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Open Distance Learning Centre (SEAMOLEC) adalah teknologi multicast, yang menggunakan perangkat parabola untuk downstream dan teresterial untuk upstream.

Teknologi ini amat sesuai dengan kondisi geografis di Indonesia, yang bergunung-gunung dan masih sulit dijangkau secara merata dengan koneksi kabel.

(Gambar 4. Sistem Jaringan SEA EduNet)

Diharapkan pada tahun 2008, sudah dapat diujicobakan pada seluruh Propinsi di Indonesia.